Nama : Ilham Lazimi
NIM : A310130170
A.
Pengertian
dan Unsur Kalimat
1.
Pengertian
Sintaksis
Sintakasis
berasal dari bahasa Yunani sun yang
berarti ‘dengan’ dan tattein yang
berarti ‘menempatkan’. Secara etimologis kata sintaksis berarti ‘menempatkan bersama-sama
kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi
kalimat’ (Verhaar,1977). Sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimay, klausa, dan frase, berbeda dengan
morfologi yang membicarakan seluk-beluk kata dan morferm (Ramlan, 1987).
2.
Ruang
Lingkup Sintaksis
Sintaksis
menyelidiki semua hubungan antar kata dan antar kelompok kata atau antar frase
dalam satuan dasar sintaksis. Ruang lingkup kajian sintaksis yang lebih sempit
diberikan oleh Soetarno. Sintaksis menggarap masalah-masalah yang berhubungan
dengan frase, klausa, dan kalimat.
3.
Pengertian
kalimat
Kalimat
dalam hal ini dapat dipandang sebagai unsur yang dalam batas-batas tertentu
paling besar atau paling luas dibandingkan dengan frase dan klausa
a.
Pengertian kalimat yang mempertimbangkan
makna
Kalimat
ialah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap.
Batasan ini disampaikan oleh Sutan Takdir Alisyahbana pada buku Tata Bahasa
Baru Bahasa Indonesia yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1949. Soetarno
(1979) memberikan batasan atau definisi mengenai kalimat berdasarkan dua dasar,
yaitu berdasarkan strukturnya dan berdasarkan maknanya. Baginya kalimat
memiliki ciri:
1)
Susun kata yang merupakan bentuk
ekspresi
2)
Kesenyapan dan intonasi
3)
Pikiran yang lengkap
4)
Situasi
Kalimat
memiliki unsur pokok yaitu unsur objektif atau unsur segmental dan unsur
subjektif atau unsur suprasegmental. Kalimat adalah rangkaian kata-kata yang
berstruktur, dengan menggunakan kerangka acuan yang berupa teori ilmu bahasa
b.
Pengertian kalimat yang tidak
memperhatikan makna
Kalimat
adalah keseluruhan pemakaian kata yang berlagu disusun menurut sistem bahasa
yang bersangkutan. Pada batasan kalimat ini tidak ditentukanberapa jumlah kata
dalam satu kalimat. Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya
jeda panjang panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Satuan gramatik
di sini yang dimaksud adalah unsur-unsur segmental dari suatu kalimat yang
memiliki susunan yang sistematis. Pada batasan kalimat di atas tidak
mempermasalahkan jumlah kata dalam satu kalmat, tetepi memperhatikan intonasi
kalimat. Para ahli yang memberikan batasan kalimat ada yang menggunakan
kriteria atau pertimbangan bentuk, makna dan intonasi.
Kalimat
adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran
yang utuh secara ketatabahasaan. Pada buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(Moeliono, 1988) dikatakan bahwa tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru dalam
kaimat tulis itu sepadan dengan intonasi selesai, sedangkan tanda baca lainnya
spadan dengan jeda.
4.
Pengenalan
kalimat
Kalimat
sebagai bagian terkecil ujaran; kalimat berstatus sebagai satuan dasar wacana
yang bersangkutan. Untuk mengenali suatu ujaran termasuk kedalaam kalimat atau
bukan dapat diperhatikan dari ujaran yang terdapat dalam bahasa lisan dan
ujaran dalam bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, cara mengenali dengan
menggunakan prinsip kalimat lisan, jika dalam bahasa tulis, pengenalannya
dengan menggunakan bahasa tulis.
5.
Unsur-unsur
kalimat
a.
Unsur segmental
Bagian-bagian
yang membentuk kalimat itu dapat dibedakan atas bagian inti yaitu bagian yang
tidak dapat dihilangkan dan bukan inti. Kalimat tidak selamanya memuat semua
fungsi yang ada yaitu fungsi inti dan luar inti.
b.
Unsur suprasegmental
Unsur
suprasegmental kalimat adalah lagu kalimat atau intonasi kalimat
(kesenyapan/jeda). Kesenyapan merupakan keadaan diam, sedangkan perhentian
merupakan berhentinya suatu proses. Nada atau titinada merupakan tinggi rendah
suatu ketika orang mengucapkan suatu ujaran atau suatu kalimat. Nada terdiri
empat jenis yaitu, nada tinggi sekali, nada tinggi, nada sedang, dan nada
rendah. Tekanan atau aksen adalah tingkatan keras dan lemahnya unsur suatu
kalimat diucapkan. Tekanan bersama-sama dengan nada membentuk aksen. Tekanan
dibagi menjadi tiga jenis yaitu, tekanan dinamik, tekanan tinggi atau nada, dan
tekanan kuantitas.
B.
Ragam
Kalimat
1.
Ragam
kalimat menurut A.A. Fokker
Pembagian berdasarkan
bangun kalimat:
a.
Tipe kalimat
Berdasarkan
bangun kalimat adalah pengelompokan kalimat berdasarkan susunan unsur-unsur
yang menduduki fungsi tertentu dalam kalimat.
1)
Tipe kalimat pertama
Kalimat
pertama adalah kalimat dengan struktur fungsional S/P. Relasi antara kedua
unsur (S dan P) cukup dengan menjajarkan kedua unsur tersebut.
2)
Tipe kalimat kedua
Terdiri
atas dua bagian yang jelas batas-batasnya, satu bagian yang memberi ketegangan
dan satu bagian yang melepaskan ketegangan.
3)
Tipe kalimat ketiga
Dibedakan
dengan kalimat tipe pertama dan kedua karena S tidak terdiri atas satu bagian,
tetapi terdiri atas beberapa bagian.
4)
Tipe kalimat keempat
Membedakan
dirinya dengan tipe pertama, karena P pada kalimat tipe keempat terdiri atas
dua bagian atau lebih.
5)
Tipe kalimat kelima
Adalah
kalimat yang berstruktur P/S.
6)
Tipe kalimat keenam
Adalah
kalimat yang hanya terdiri atas P saja.
7)
Tipe kalimat ketujuh
P
kalimat tipe ketujuh terdiri atas sebutan (s) dan pokok (p).
8)
Tipe kalimat kedelapan
Adalah
kalimat yang berstruktur P/(p)S/S.
9)
Tipe kalimat kesembilan
Adalah
kalimat yang berstruktur /S.
b.
Kalimat Luas
Kalimat
luas dibedakan menjadi tiga jenis yaitu.
1)
Kalimat luas I
Adalah
kalimat yang hubungan antara S dan P merupakan hubungan/relasi temporal, relasi
kausal, relasi kondisional, relasi final, relasi konsesif, relasi
sirkumstansial, dan relasi konsekutif.
2)
Kalimat luas II
Merupakan
kalimat hasil merapatkan dua kalimat atau lebih yang setara.
3)
Kalimat luas III
Adalah
kalimat yang dirapatkan dari kalimat-kalimat lain oleh elips.
Pembagiaan berdasarkan
intonasi
a.
Kalimat pertanyaan
1)
Pertanyaan untuk diakui
2)
Pertanyaan untuk diingkari
3)
Pertanyaan minta keterangan
b.
Kalimat perintah
c.
Kalimat permohonan
d.
Kalimat menyatakan keinginan
e.
Kalimat larangan
2.
Ragam
kalimat menurut S. Woyowasito
Menurutnya
pembagian kalimat menggunakan dasar analisis logis dan struktur bahasa yang
bersangkutan.
a.
Kalimat penuh/ sempurna/ lengkap.
Kalimat
penuh minimal harus berisi fungtor subjek dan predikat.
b.
Kalimat tak sempurna/ tak lengkap/ tak
penuh.
Kalimat
tak sempurna hanya memiliki salah satu fungtor yang biasa didapati pada kalimat
sempurna.
Berdasarkan urutan
katanya:
a.
Kalimat inversi
Merupakan
kalimat yang berstruktur predikat-subjek.
b.
Kalimat majemuk
Adalah
dua kalimat yang dijadikan satu.
Berdasarkan hubungan
antara dua kalimat yang digabungkan.
a.
Hubungan setara
b.
Hubungan bertingkat
Dalam
hubungan bertingkat didapati induk kalimat dan anak kalimat.
Berdasarkan intonasinya
a.
Kalimat seru
b.
Kalimat tanya
c.
Kalimat pernyataan
3.
Ragam
kalimat menurut Sutan Takdir Alisyahbana
Alisyhabana
(1983) menyebut adanya kalimat tanya dan kalimat perintah.
a.
Kalimat tanya
1)
Kalimat tanya yang terbentuk dari lagu
tanya.
2)
Kalimat tanya yang terbentuk dari
berbagai kata tanya seperti: apa, mengapa, bagaimana, bila, kapan, di mana, ke
mana, berapa, dan lain-lain.
3)
Kalimat tanya yang dibentuk dari
partikel -kah atau –tah.
b.
Kalimat perintah
Adalah
suatu ucapan yang memerintah supaya orang yang diperintah itu melakukan apa
yang tersebut dalam perintah itu.
c.
Kalimat tak sempurna
Kalimat
yang hanya terdiri atas S, P, Pelengkap atau keterangan saja.
d.
Kalimat majemuk
1)
Kalimat majemuk setara
Adalah
kalimat majemuk yang terjadi dari beberapa kalimat yang setara.
2)
Kalimat majemuk bertingkat
Adalah
suatu kalimat sebuah kata atau beberapa kata yang menduduki suatu jabatan dalam
kalimat tersebut sering diganti oleh susunan kata yang menyerupai sebuah
kalimat.
4.
Ragam
kalimat menurut Gorys Keraf
Keraf
(1980) menyebut beberapa jenis kalimat yang dibagi dari tiga dasar yang berbeda
yaitu: banyaknya kontur, banyaknya unsur pusat, proses terbentuknya kalimat.
Dengan dasar itu dihasilkan jenis kelimat berikut:
a.
Kalimat minim versus kalimat panjang
Pembegian
kalimat atas kalimat minim dan kalimat panjang didasarkan pada jumlah kontur
yang terdapat dalam suatu kalimat. Kontur adalah suatu bagian dari arus ujaran
yang diapit-apit oleh dua kesenyapan
b.
Kalimat minor versus kalimat mayor
Yaitu
pembagian kalimat yang berdasarkan pada unsur pusatnya. Unsur pusat adalah
unsur kalimat yang tidak bisa dihilangkan dari sebuah kalimat.
c.
Kalimat inti lawan kalimat
transformasional
Dasar
lain yang digunakan oleh keraf (1980) dalam membagi kalimat adalah struktur dan
proses terbentuknya kalimat yang bersangkutan. Kalimat inti dipertentangkan
dengan kalmat luas dan kalimat transformasional. Kalimat inti adalah kalimat
yang terdiri atas dua unsur pusat (inti). Kalimat inti yang sudah mengalami
perubahan, baik perubahan intonasi, maupun perubahan struktur, dan menjadi
kalimat baru disebut kalimat transformasional.
d.
Kalimat tunggal dan kalimat majemuk
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti dan boleh
diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur
tambahan itu tidak boleh membentuk poa yang baru. Kalimat-kalimat tunggal yang
diperluas dengan sekian macam hingga unsur-unsur baru itu membentuk satu atau
lebih pola kalimati lagi, kalimat itu disebut kalimat majemuk. Kalimat majemuk
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu
1)
Kalimat majemuk setara
Adalah
kalimat yang kedua pola kalimatnya sederajad atau setara.
2)
Kalimat majemuk bertingkat
Adalah
kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajad atau tidak setara.
3)
Kalimat majemuk campuran
Kalimat
yang dapat berupa sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan,
atau sekurang-kurangnya dua pola atasan ditambah dengan satu atau lebih pola
bawahan.
5.
Ragam
kalimat dalam tata bahasa baku bahasa indonesia
Tujuan
praktis pembagian ini disebut pembagian menurut tata bahasa baku bahasa
indonesia. Berdasarkan bentuknya, kalimat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kalimat
tunggal dan kalimat majemuk
a.
Kalimat tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa.
1)
Kalimat tunggal berpredikat nomina
Dua
nomina atau dua frase nominal yang berdampingan dapat membentuk sebuah kalimat
asal syarat untuk S dan P terpenuhi
2)
Kalimat tunggal berpredikat ajektiva
Kalimat
tunggal yang berpredikat ajektiva atau frase ajektival ini dinamakan juga
kalimat statif.
3)
Kalimat tunggal berpredikat verba
Kalimat
tunggal yang berpredikat verba atau frase verbal dapat digolongkan menjadi
empat golongan.
a)
Kalimat taktransitif
Adalah
kalimat yang tidak berobjek dan tidak berpelengkap.
b)
Kalimat ekatransitif
Adalah
kalimat yang predikatnya berupa verba ekatransitif. Semua verba ekatransitif
memiliki makna dasar perbuatan
c)
Kalimat dwitransitif
Adalah
kalimat yang predikatnya verba dwitransitif. Verba dwitransitif merupakan verba
yang secara semantis mengungkapkan hubungan tiga wujud.
d)
Kalimat semitransitif
Adalah
kalimat yang predikatnya verba semitransitif. Verba semitransitif adalah verba
yang dapat diikuti nomina, tetapi kehadiran nomina itu tidak wajib.
4)
Kalimat tunggal yang predikatnya frase
lain
Frase
lain yang dapat menduduki fungsi predikat diantaranya frase preposisional,
frase numerial.
b.
Kalimat majemuk
1)
Kalimat majemuk setara dan bertingkat
Suatu
kalimat yang teridiri atas dua klausa atau lebih merupakan kalimat luas atau
kalimat majemuk. Berdasarkan sifatnya, ada dua jenis hubungan klausa, yakni
hubungan koordinasi dan hubungan subordinasi. Subordinasi menghubungkan dua
klausa yang tidak mempunyai kedudukan yang sama dalam struktur konstituennya.
2)
Hubungan antar klausa dalam kalimat
majemuk setara
Klausa-klausa
dalam kalimat mejemuk setara dihubungkan oleh koordinator dan, atau, tetapi.
Fungsi sebuah koordinator adalah menunjukkan hubungan semantis. Hubungan
perlawanan merupakan hubungan dalam kalimat majemuk yang klausa keduanya
menyatakan sesuatu yang berlawanan dengan klausa pertama.
3)
Hubungan antar klausa dalam kalimat
majemuk bertingkat
Hubungan
antar klausa dalam kalimat majemuk bertingkat yang dimaksud adalah hubungan
waktu, syarat, tujuan, konsesif, pembandingan, penyebaban, akibat, cara,
sangkalan, kenyataan, hasil, penjelasan, atributif.
c.
Kalimat berita
Adalah
kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu kepada pembaca atau pendengar.
Dilihat dari segi bentuknya, kalimat berita ada yang berbentuk inversi, ada
yang bersusun biasa, ada yang berupa kalimat aktif, dan ada yang berwujud
kalimat pasif.
d.
Kalimat perintah
Kalimat
perintah isinya memberikan perintah kepada pembaca atau pendengar untuk
melakukan sesuatu. Kalimat yang memiliki makna perintah adalah kalimat
taktransitif atau transitif, dan kalimat perintah dapat berupa kalimat pasif.
e.
Kalimat tanya
Merupakan
kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang kepada pendengar atau
pembaca. Pembentukan kalimat tanya dapat dilakukan dengan macam cara yaitu.
1)
Dengan menambahkan kata tanya
2)
Dengan membalikkan urutan kata
3)
Dengan memakai kata bukan atau tidak
4)
Dengan mengubah intonasi kalimat
5)
Dengan memakai kata tanya
f.
Kalimat seru
Kalimat
seru sering disebut kalimat interjektif. Kalimat interjektif adalah kalimat
yang mengungkapkan perasaan kagum. Kalimat seru dibentuk dari kalimat berita
yang predikatnya ajektiva.
g.
Kalimat emfatik
Adalah
kalimat yang memberikan penegasan khusus. Penegasan dapat dilakukan dengan:
1)
Menambahkan partikel –lah pada subjek
2)
Menambahkan yang di belakang subjek.
Dengan
penegasan itu, makna kalimat berbeda dengan kalimat berita yang tidak mendapat penekanan.
No comments:
Post a Comment